Rabu, 02 Januari 2013

Lambang Garuda 4 Kali Mengalami Perubahan

Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ia ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabehi Purbatjaraka sebagai anggota. Sahabat anehdidunia.com panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.



Spoilerfor LAMBANG PERTAMA:


Lambang Garuda 4 Kali Mengalami Perubahan 1

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.






Spoilerfor LAMBANG KEDUA:


Lambang Garuda 4 Kali Mengalami Perubahan 2

Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali – Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.

AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Departemen Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “’tidak berjambul”’ seperti bentuk sekarang ini.
Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Sahabat anehdidunia.com Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950.






Spoilerfor LAMBANG KETIGA:


Lambang Garuda 4 Kali Mengalami Perubahan 3

Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.

Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.






Spoilerfor LAMBANG KEEMPAT:


Lambang Garuda 4 Kali Mengalami Perubahan 4

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontianak.

Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan berkas dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.




Terima kasih udah mampir ke thread ane gan
Blue Guy Cendol (L)

Sumber :
http://www.anehdidunia.com/2012/12/l...mengalami.html


Ane baru tau gan,,

nice info,,





I Love Indonesia (S)

ane PERTAMAX ya gann,,
Malu (S)

kok yang pertama sampe ketiga mirip dewa hindu yaBig Grinmaaf kalo saraEmbarrassment

Quote:sedikit info
semua orang Indonesia tahu lambang negaranya adalah burung garuda, tapi siapakah dan kenapa Garuda masih terkesan menjadi misteri, dan apakah kita benar-benar mengenalnya. ada seribu kisah dibalik sang Garuda. ada kisah pertentangan dari mitologi hindu hingga perdebatan sejarah. apakah Garuda sebuah burung hasil imajinasi atau nyata lalu siapakah pencipta lambang tersebut

saya mungkin adalah salah satu manusia Indonesia yang terjebak dalam kekacaun berfikir akibat ketidak jelasan sejarah tentang Garuda. ketika masi anak-anak saya (mungkin juga anda) membayangkan Garuda adalah sosok burung yang terbang hinggap atau bisa kita jumpai di taman burung atau mungkin ada yang bilang bahwa Garuda burng purba yang telah punah. atau ada juga yang menghubungkan sosok Garuda dengan burung Elang (terutama Elang jawa). sangat mungkin banyak anak Indonesia yang lain bahkan juga yang telah dewasa yang menyangka, bahwa sosok Garuda adalah sosok yang tidak sebatas dongeng tapi juga menrupakan makhluk hidup yang nyata. tapi sayangnya, Garuda hanyallah makhluk dari mitologi yang banyak disebut dalam sejumlah kitab-kitab hindu.

Garuda dalam Mitologi Hindu
Garuda merupakan bagian dari keluarga besar Brahma yang lahir yatim piatu, sebab ia lahir dari sebiji telur yang ditinggalkan orangtuanya, walaupun dalam kisah selanjutnya sang Garuda berhasil menemukan orangtuanya. ketika dia tahu bahwa sang ibu dijadikan buad oleh kadaru maka ia bertekad untuk membebaskan ibunya. dan untuk membebaskan sang ibu daia harus memiliki tirta amerta yang hanya dimilki oleh para dewa. singakt cerita Garuda berhasil membebaskan Ibunya. dan dikemudian hari lambang Garuda ditafsirkan sebagai bentuk pembebasan sang Ibu dari perbudakan.

kitab adiparwa yang merupakan kitab pertama dari rangkaian panjang kisah mahabharata menceritakan kisah pembebasan ini secara apik. dalam mitologi Hindu, Garuda bukan hanya sebatas tunggangan Wisnu dan juga kisah kebaikannya, tapi juga memiliki posisi yang lumayan terpandang, ia adalah anak Winata dan Kasyapa, jadi garuda merupakan sodara Aruna sekaligus paman dari burnung sakti Jatayu. ia punya seorang istri bernama Unnati dan tiga anak (Sempati, Kapota, dan Masyura).

dalam ihwal perwujudan Garuda dalam mitologi Hindu, Garuda digambarkan setengah burung setengah manusia dan sering dianggap Raja para burung. Garuda juga mendapat pujian dari para Dewa karena parasnya yang putih, sayap merah, dan tubuhnya yang keemasan sehingga membuat kagum para dewa.

Lambang Nihil Kisah
jika membicaraka Garuda sebagai lambang Negara tentu kita tidak bisa lepas dari mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang menjadi santapan wajib selama masa orde baru, sebagian dari kita mungkin masih akrab tapi setahu saya sekarang sudah tidak ada, padahal materi ini sangatlah bermanfaat. PMP menjelaskan segala tafsir hingga turunannya tentang Pancasila bahakan semua sisa sudah hafal diluar kepala,tapi apakah kita atau mereka pernah tahu bagaimana Pancasila hadir sebagai Lambang negara ?

ada banyak kisah dan perdebatan soal Lambang Garuda ini, seperti kisah G30S/PKI yang masih menjadi perdebatan sejarah, tapi untuk mempersingkat maka saya coba memilih dan menyajikan argumen paling kuat sola Lambang Garuda ini.

proses yang terjadi sungguh sangat panjang dan rumit. ada yang mengatak sejak Desember 1949, beberapa hari sesudah pengakuan kedaulatan RIS oleh belanda Lambang Negara sudah sudah mulai dipikirkan. namaun pada 10 januari 1950 upaya untuk menetapkan lambang negara baru dimulai dengan dibentuknya Panitia Lencana Negara sejumlah orang didalamnya berisi para tokoh-tokoh besar, seperti Ki Hajar Dewantara, M.A Pellaupessy, Mohammad Natsir, R.M ngabehi Purbatjaraka dan dipimpin oleh Muhammad Yamin serta dibawah koordinasi Sultan Hamid II.

selama masa orde baru, lambang ini dianggap merupakan karya M.Yaminyang merupakan ketua dari Panitia Lencana Negara, tapi semenjak Reformasi bergulir, kesan ini ditolak oleh yayasan Sultan Hamid II, melalui berbagai penelitian dan publikasi gencar tentang kiprah besar Sultan Hamid II dalam perancangan Garuda Pancasila.

dalam proses pembuatan lambang diterima dua lambang yang masuk final yaitu karya Sultan Hamid II yang berupa Garuda dan Kerbau dengan latarbelakang matahari karya M. Yamin, tapi akhirnya Garuda dengan prisai yang diterima karena karya M. Yamin dianggap berbau jepang (ada gambar matahari).

ada tiga hal yang memperkuat pendapat bahwa Sultan Hamid II adalah orang dibalik rancanag Garuda :
pertama, Pernyataan dalam buku Bung Hatta Menjawab : dan kesaksiannya mengenai sayembara Lambang Negara : “Banyak gambar yang masuk waktu itu, tapi yang terbaik akhirnya ada dua buah, satu dari Muhammad Yamin satu dari Sultan Hamid I, yang diterima oleh pemerintah dan DPR adalah karya Sultan Hamid. adapun adri M. Yamin ditolak, karena disana ada sinar-sinar matahari dan menampakan sedikit banyak disengaja atau tidak pengaruh jepang.

kedua : Akmal Suteja dalam bukunya Sekitar Pancasila (1986), mengatakan : “sampai ada penelitian yang dapat dipercaya hal ini, kiranya dapat diterima saja keterangan dari bung Hatta, bahwa sultan Hamid II yang mendapat ilham brilian untuk mengangkat kemabali simbol-simbol asli bangsa Indonesia yang dimuliakan oleh bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya. karena Bung Hatta seorang pemimpin yang cukup dapat dipercaya yang saat itu menjabat Wakil Presiden, membenarkan pendapat ini, ketimbang praduga berdasarkan latar belakang Muhammad Yamin.

ketiga : Tesis Turiman seorang dosen F. Hukum Univ. Tanjungpura Pontianak yang pada 11 agustus 1999 berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul “Sejaraha Hukum Lambang Negara RI” (suatu analisis yuridis normatif tentang pengaturan lambang negara dalam peraturan perundang-undangan) dihadapn dosen penguji. yang membukikan Sultan Hamid II adalah otak dibalik lambang garuda.

Sebuah Pertentangan
jika memang sedemikian kuat bahwa Sultan Hamid II adalah orang dibalik semua lahirnya Lambang Garuda, mengapa Sultan Hamid II dengan Garuda-nya tidak disejajarkan dengan WR Soepratman dengan Indonesia Raya-nya dan Fatmawati dengan Merah Putih-nya seperti yang tertuang dalam UU no. 24 athun 2009 ?

setidaknya ada dua hal yang mendasari itu, Pertama, bahwa memang benar Sultan Hamid II adalah pemilik ide awal tentang Garuda, tapi dalam proses selanjutnya Garuda sebagai lambang Negara mengalami banyak penyempurnaan dengan usul dari berbagai pihak, jadi lambang yang sekarang ini bukanlah karya awal murni buah pikiran Sultan Hamid II walaupun embrionya berasal dari beliau (proses metamorfosis ini akan dijelaskan dalam tulisan berikutnya) . kedua, merupakan dosa sejarah, dimana Sultan Hamid II merupakan ketua BFO atau yang lebih dikenal dengan negara boneka buatan belanda dimana sultan Hamid II dianggap “berkhianat” (dalam tanda kutip), oleh masyarakat indonesia pada masa itu. dan dosa sejarah selnjutnya, adanya selentingan kabar bahwa Sultan Hamid II juga terlibat dalam pemberontakan APRA 23 januari 1950.

dan semua kiprah gelapnya itu membaut Sultan Hamid II dijauhkan dari panggung utama sejarah Republik. walaupun kini pihak istana kadariah di pontianak merasa semua itu tidak adil dan menyatakan dan menuntut untuk mengakui bahwa Sultan Hamid II juga punya jasa untuk bangsa.

Epilog
di tengah semua perdebatan itu, kenyataannya lambang garuda sudah ada dan banyak terlampir dalam relief candi-candi di Indonesia. bahkan berbagai interpretasi dari garuda banyak bermunculan baik itu versi undang-undang maupun bentuk penafsiran masyarakat itu sendiri, dimana garuda merupakan sang pembebas ibunya dari perbudakan, dan dianggap sama dengan kondisi indonesai saat itu yang ingin dan berusaha bebas dari penjajahan. toh jika kita memandang lebih jauh tentang kiprah Sultan Hamid II yang dari kerajaan muslim di kalimantan bisa mengajukan lambang mitologi Hindu dari tanah Jawa menunjukan adanya pluralisme di Indonesia sejak masa itu.

setelah lebih dari jutaan tahun (dilihat dari mitologi Hindu) Garuda yang merupakan turunan dewa Brahma itu, menimbulkan banyakkontroversi dan seribu tanya. ia masih akan lekat selamanya dalam hati manusia Indonesia, bangasa yang memuja kegagahan dan keberaniannya, tapi ingatan tentangnya akan selalu berselimut misteri yang susah dienyahkan tapi sekaligus sulit untuk terjawab.

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar