Kamis, 27 Desember 2012

Rahasia gelap, diskriminasi pelaku sineas Indonesia?

Salam sineas gan

Sebelum lebih dalem diingatkan kita berbicara satu genre "COMEDY", walau kemungkinan di genre lain akan terkait masalah yang ane temuin di inudstry film Indonesia. Ane pake tanda tanya di thread mau tau pendapat agan dan sista secara umum , khususnya yang udah berkecimpung di dunia perfilman

Sebelumnya Agan yang hidup di tahun tahun 80 -an masih ingat dengan film film dibawah ini?

Rahasia gelap, diskriminasi pelaku sineas Indonesia? 1

Dan masih banyak lagi film film yang mengocok perut kita, minimal pas nonton kita terbenam ke sebuah dunia film, ngerasa ga ada beban, sebagian lagi abis nonton film punya perasaan seneg dan sehat karena memang secara kedokteran film yang membuat orang tertawa membuat orang lebih sehat.

Agan masih ingat dengan mereka para legend film komedi Indonesia?

Rahasia gelap, diskriminasi pelaku sineas Indonesia? 2

Hanya sebagian untuk ilustrasi saja, masih banyak pelawak legendaris pada jaman tersebut.
Djayakarta Group (Jojon, uuk, Joni, Cahyono, Ester)
Srimulat (Asmuni, gepeng, dkk)
Warkop DKI (Indo, Dono, Kasino, Nanu

Kita maju sekarang gan ke jaman mulai bertumbuhnya lagi film Indonesia di tahun 2006 akhir, setelah colaps/vakum selama hampir lebih 10 tahun. Ini sebagian film filmnya dalam genre yang kurang lebih sama, COMEDY juga

Rahasia gelap, diskriminasi pelaku sineas Indonesia? 3

Apa beda kontrast yang ada diantara dua zaman tersebut?

Memang zaman bertumbuh, selera mungkin akan bergeser tentang apa yang lucu dan apa yang tidak. Tapi yang jelas kebanyakan (hampir semua) film komedi sekarang didominasi oleh bintang bintang yang nota bene bukan pelawak atau tidak punya faktor yang dimiliki bintang bintang sebelumnya.

Bukannya mereka - pemain pemain yang dipaksakan melawak saat ini tidak lucu, mereka adaalh aktor - bisa saja menjadi lucu dengan arahan sutradara berdasarkan situasi situasi yang dibuat secara cermat oleh penulis skenario (walau terkadang maksa). Ini masalah penilaian relatif dan subjektif yang terjadi antar zaman. Namun, tetap tidak bisa dibantah bahwa mereka mereka sekarang yang main film komedi bukan pelawak ataupun tidak mempunyai kekuatan para pelawak pelawak legendaris diatas.

Disinilah masuk sebuah masalah yang ada di dalam dunia film kita. Masalah ini kemudian bisa diklasifikasikan sebagai bentuk diskriminasi subjektif dari para insan perfilman

Sebelumnya, berikut adalah jawaban yang ane dapet dari beberapa pelau utama insan perfilman:
(maap ane ga bisa sebutin nama merekla disini)



  • Ah sejelek Bu*d* An*uk, t**sy, Ko**me*g, trus siapa lagi itu si Bop*k siapa yang mau nonton film isinya orang jelek kaya gitu, penonton bisa sepi.


(Sutradara muda terkenal di salah satu rumah produksi besar yang memproduksi banyak FTV dan sinetron)


  • Kayaknya pelawak suruh ngelawak aja deh, jangan maen ftv, sinetron, Apalagi film layar lebar kalupun mereka main jadi bumbu aja. Masyarakat senengnya yang bintang yang ganteng, mereka ga bisa ngelawak kita bikin lucu dari scriptnya, trus kasih bumbu slapstick..


. (Salah satu produser senior yang cukup dikenal)

  • [I]Penonton senengnya bintang bintang muda, yang ganteng, kalu mereka ga bisa lawak kan bisa dibentuk supaya jadi lucu aksi mereka. Kalo pelawak muka muka ancur dimasukin bintang utama hancur bos film kita[/I]


( Produser sekaligus sutradara terkenal)

Komentar tersebut keluardi tengah merosotnya kualitas film Indonesia secara general. Ane ga rekayasa, kalo ga percaya tanyain aja sama temen agan dan sista masalah ini. Jawabanya kemudian akan jatuh dalam dimensi yang sama.

Jika itu menyangkut sinetron maka dipastikan pihak PH dan TV udah punya bintang bintang andalan, bahkan udah banyak artist manager yang naro duit biar bintangnya kepilih. PH biasanya menekankan kalo pake pelawak (maaf) jelek iklan pada ga mau masuk nanti ke pihak TV rating bisa jeblok dst.
Jika kalo dalam dimensi film mereka ga mau resiko pake pelawak yang dianggap mukanya (maaf) tidak menjual.

Ingat kita bicara dalam ranah genre Komedi, bukan drama dan genre lain.

Dengan kemudian kemudian kita melihat pelawak pelawak yang sangat berpotensi menjadi legendaris kian terpinggirkan dalam perkembangan dunia film Indonesia. kebanyakan mereka hanya kemudian dijadikan bulan bulanan oleh bintang bintang muda di acara tv, dijadikan pemeran pendukung untuk sekedar bumbu dan slapstick.

Gimana kalo ane bilang ke agan pelawak legendaris saat ini seperti Budi Anduk, Komeng, ataupun yang masih termasuk senior, seperti Kadir, Indro, Doyok, Tessy tidak akan mungkin bersinar lagi menjadi bintang utama karena penilaian subjektif sebagaian besar insan perfilman Indonesia?

Mungkin akan ada yang ingin menyanggah dari sisi film. "Ah Film yang dibintangi sule ternyata garing", kita ga bicara masalah jeleknya sebuah presentasi film saat ini baik dalam segi cerita, penyutradaraan dst. Kita bicara ke masalah yang lebih serius ( menurut ane) ketika diskriminasi dalam sebuah industry yang dikuasai kebanyakan kaum 'lemah lembut' lebih memilih untuk memakai bintang 'ganteng' yang bisa mereka poles untuk membuat orang tertawa.

Apa yang Almarhum Bang Haji Benyamin, atau senior lainya akan katakan ketika mengetahui para pelawak makin tersingkirkan dan ketika muka dijadikan standar utama untuk membuat orang tertawa dibandingkan dengan bakat?


Yang paling penting apa yang agan dan sista sebagai konsumer katakan tentang hal ini? Apa betul penilaian sebagian besar insan perfilaman tersebut terhadap pelawak dal;am genre komedi? Apa agan setuju film Komedi Indonesia lebih baik tidak usah dimainkan oleh para pelawak karana muka mereka (maaf) jelek, ga menjual dst?
Apa film komedi lebih baik diisni sama bintang yang ganteng ganteng dan ga punya dasar pelawak?

Ayo gan kita diskusi demi perkembangan film komedi Indonesia. Ayo kita dukung para pelawak Indonesia.

2 Jempol

Salam sineas

ane baru tersadar bahwa kebanyakan aktor film komedi sekarang bukan pelawak....Big Grin

tapi memang batas antara pelawak dan artis drama itu sekarang tipis gan,

misal Nirina Zubir? drama atau komedi?
Tora Sudiro? drama atau komedi?

bingung kan?Ngakak




Quote:Original Posted By jikaengkauialah â–º
ane baru tersadar bahwa kebanyakan aktor film komedi sekarang bukan pelawak.... Big Grin

tapi memang batas antara pelawak dan artis drama itu sekarang tipis gan,

misal Nirina Zubir? drama atau komedi?
Tora Sudiro? drama atau komedi?

bingung kan? Ngakak



Mungkin kalo 'pelawak' disuruh main drama yang sedih kita tetep ketawa ngeliatnya kali ya gan (ga termasuk make up ancur nirina di Bidadari surga ya)Ngakak.

Tapi ada juga aktor drama ( kaya di In*osi*ar) yang serius kita juga ngakak ngeliatnya, tapi bukan karena dia pelawak tapi biasanya karena kekonyolan skenario, sutradara dan kepalsuan kepalsuan yang terlihat.

Nirinia di kehidupan nyata mungkin lucu secara relatif tapi untuk dibilang pelawak kayanya belum gan, seenggaknya menurut ane.

Tora sudiro mungkin bisa dibilang pelawak, tapi kayaknya ga masuk kategori yang bermuka 'ancur' kali ya gan. kalaupun masuk kategori pelawak dia termasuk yang 'poser' ga original (menurut ane)Ngakak

Contoh : Kalo Tora sudiro pose cool, ala rambo mungkin cewe cewe lebih pantes dibilang model, keren dst , sementara kalo B*di And*k, T**sy, J*Jon foto dengan pose yang sama kita akan ngeliatnyaNgakak

Mungkin area yang perlu dieksplor juga dulu jamannya Almarhum Bang Benyamin banyak sederatan yang seperti 'tora sudiro' namun tetap ga dipaksakan untuk menggantikan peran Bang Benyamin, Ishak, Dono dst. Ini karena keunikan , kekuatan karakter mereka.

Di Hollywood banyak bintang yang bertampang 'pas pasan/jelek' (secara general - menurut standard mereka) mendapatkan kesempatan dan akhirnya bersinar karena mereka memang berbakat, karakter kuat didukung skenario dan sutradara yang bisa memaksimalkan potensi mereka. Lalu apakah karena kelemahan pelaku perfilman di Indonesia untuk menghidupkan karakter secara organic menjadikan insan film mempunyai hak untuk mendiskriminasikan mereka mereka yang terlahir 'tidak bagus'?

Walau kita bicara dari komedy dulu tapi terlihat keterkaitan ada kecenderungan - di genre drama melakolis, aktris aktris dan aktor aktor muda mulai memerankan peran orang tua dan menggeser para aktor and aktris senior dengan umur sesuai di cerita, bener ga gan?







Tidak ada komentar:

Posting Komentar